twitter

karya ilmiyah

Posted on 20.23 by habib sukron

by: dedi manaur




HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
 Sekali mendayung dua tiga pulau terlampui.
 Sekolah gudang ilmu,guru utusan ilmu,dan kejadian adalah sumber ilmu.
 Kebahagiaan tidak terletak pada kedudukan dan emas permata, tetapi kebahagiaan terletak pada agama, ilmu pengetahuan, budi pekerti,
dan tercapainya cita-cita
 Mulai dari yang terkecil,biasakan dari yang terkecil karena yang terkecil adalah permulaan dari suatu yang terbesar.
 Guru terbaik adalah pengalaman.
PERSEMBAHAN
 Ayah dan Bunda yang senantiasa memberikan dukungan secara moral dan materi,dan tidak lupa memberikan kasih sayangnya kepada kita.
 Bapak dan ibu guru yang memberikan bekal ilmu yang berguna bagi nusa bangsa dan agama.
 Bapak dan ibu guru pembimbing yang telah membimbing kami hingga teselesainya laporan karya tulis ini.
 Kakak dan adik tercinta yang selalu ad dalam suka dan duka.
 Teman-teman terutama kelas XI.IA2.
 Segenap pembaca yang budiman.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mamapu menyelesaikan karya tulis dengan judul “DAMPAK KONFERENSI ASIA AFRIKA BAGI PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN INDONESIA” .
Penulis menyadari begitu banyak pihak yang telah membantu dan memberikan semangat sehingga karya tulis ini dapat terwujud. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Drs. H. Badarudin, M. Ag. Selaku kepala sekolah madarasah aliyah negeri salatiga yang telah memeberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun karya tulis ini
2. Bapak Kastomo S. Pd selaku pembimbing I
3. Bapak Agus Kirno,S.Pd selaku pembing II
4. Bapak dan Ibu guru MAN Salatiga
5. Teman-teman MAN Salatiga atas bantuan moril maupun materil.
6. Dan pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis ini.
Karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat. Segala tegur sapa dari pembaca akan penulis
Salatiga, Mei 2009

Penulis



Daftar isi
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… ............i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………..ii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ……………………......................iii
KATA PENGANTAR……………………….................…………….....................iv
DAFTAR ISI……………………………………………...........……….................v
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..............1
B. Pembatasan Masalah…………………………………………………….2
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...3
D. Rumusan Masalah ………………………………………………………..4
E. Sistematika Penulisan…………………………………………………….5

BAB II LANDASAN TEORI
A.Sejarah Singkat Konferensi Asia Afrika ………………….……………..6
B.Tempat Diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika ………………..…7
C. Sejarah Singkat Museum Asia Afrika……………………………………

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………………….8
B. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………9
1. Observasi…………………………………………………………………10
2. Wawancara………………………………………………………………11
3. Penelitian………………………………………………………………..12
4. Pustaka…………………………………………………………………..13
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………………………14
B. Saran……………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mengingat akhir-akhir ini banyak sekali pemuda-pemuda yang jarang pergi ke tempat-tempat bersejarah. Dan sedikit pengetahuan mereka tentang sejarah bangsanya sendiri. Maka dari itu penulis berharap dengan adanya karya tulis ini kita semua khususnya generasi muda lebih mengenal sejarah bangsa kita tentang Museum Konferensi Asia Afrika.
Setidaknya dengan karya tulis ini kita menjadi lebih mengenal dan menghargai sejarah. Karena apalah arti hidup tanpa sejarah, setiap manusia punya sejarah dalam hidupnya baik itu hal-hal yang baik maupun yang buruk. Maka dari itu hargailah sejarah mulai sakarang.Semoga dengan karya tulis ini pengetahuan kita tentang sejarah dapat bertambah dan bermanfaat bagi kita semua.

B. PEMBATASAN MASALAH
Permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini adalah membahas perkembangan setelah konferensi Asia Afrika.

C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan judul yang telah kami ajukan kepada pembimbing, maka kami harus mengadakan penelitian di museum konferensi Asia Afrika guna memperoleh data-data yang bermanfaat bagi kelengkapan dalam penulisan karya tulis ini.
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perkembangan perjuangan bangsa Indonesia dalam menjalin hubungan internasional
2. Mengetahui peninggalan peninggalan di dalam gedung merdeka
3. Menambah wawasan sejarah tentang Konferensi Asia Afrika
4. Mengetahui letak konferensi asia Afrika
5. Mengetahui tujuan dan dampak Konferensi Asia Afrika
6. Mengetahui kegunaan menjalin hubungan Internasional
7. Memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.

D. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Gambaran umum tentang gedung merdeka dan museum konferensi Asia Afrika
2. Sejarah berdirinya Konferensi Asia Afrika
3. Negara Negara yang ikut serta dalam konferensi tersebut
4. Tujuan dan isi Konferensi Asia Afrika
5. Dampak diselenggarakan Konferensi Asia Afrika

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Karya tulis ini terdiri atas 5 bab. Adapun sistematika pembuatan karya tulis ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN
Yang membahas latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI
A. LANDASAN TEORI,
Berisi teori-teori yang relevan dengan pokok masalah yang diambil dari study literatur.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menjabarkan waktu dan tempat penelitian, teknik dan proses pengumpulan data, dengan menyajikan uraian langkah yang ditempuh.

BAB IV HASIL PENELITIAN
Merangkum seluruh data yang diperoleh saat mengadakan penelitian, kemudian dipilah dan dipilih yang sesuai dengan topik yang dibahas.



BAB V PENUTUP
Meliputi Simpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sejarah Singkat Konferensi Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika (Bandung, 18 – 24 April 1955)
Berakhirnya Perang Dunia II (Agustus 1945) tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa. Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, serta masih adanya penjajahan, terutama dibelahan Asia dan Afrika, mengakibatkan situasi dunia terus memanas. Selain itu dikembangkannya pembuatan senjata nuklir semakin membuat kekhawatiran akan terjadinya perang dunia lagi.
Pada saat situasi dunia makin tak menentu, Berlangsunglah Konferensi Colombo (28 April – 2 Mei 1954). Atas Undangan Perdana menteri Ceylon C.sir John Kotelawala, hadir pada pertemuan tersebut para perdana menteri dari Birma (U Nu), India ( Jawaharlah Nehrul), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammad Ali) untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama, pada kesempatan itu, Indonesia mengusulkan diadakan Konferensi Asia Afrika.
Usul ini disetujui dan untuk mempersiapkannya diadakanlah Konferensi Bogor (28 – 29 Desmber 1954). Konferensi itu berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia – Afrika.
Konferensi Asia – Afrika (18-24 April 1955) berlangsung di Gedung Merdeka Bandung, diikuti oleh 29 negara. Dalam konferensi tersebut dibentuk tiga komite, yaitu komite Politik, komite Ekonomi, dan komite Kebudayaan, yang sidang-sidangya dilaksanakan di Gedung Dwiwarna, Bandung. Konferensi ini meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika.
Hasil Konferensi Asia Afrika yang terkenal adalah Dasasila Bandung, yang kemudian menjadi pedoman bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika dalam menggalang solidaritas dan kerjasama Internasional. Semangatnya telah menambah kekuatan moral bagi para pejuang kemerdekaan bangsa-bangsa tersebut.
Dasasila Bandung bergaung jauh ke luar wilayah Asia Afrika dan menjadi suatu kenyataan yang dihadapi dunia Internasional. Dasasila Bandung telah menjadi asas hubungan antar negara. Tidak hanya negara-negara Asia Afrika, tetapi juga meluas diterima sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah Internasional terutama Gerakan Nonblok mengambilnya sebagai prinsip-prinsip dari gerakan tersebut.
Negara-negara peserta konferensi Asia Afrika:

1. Vietnam (utara)
2. Indonesia
3. Iran
4. Irak
5. Jepang
6. Yordania
7. Laos
8. Libanon
9. Liberia
10. Libya
11. Nepal
12. India
13. Vietnam (selatan)
14. Afganistan
15. Birma
16. Kamboja
17. Ceylon
18. Republik Rakyat Tiongkok
19. Mesir
20. Ethiopia
21. Pantai Emas
22. Yaman
23. Pakistan
24. Filipina
25. Sudan
26. Suriah
27. Thailand
28. Turki

B. Tempat Diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika
Gedung Merdeka yang terletak di Jalan Asia Afrika Bandung, digunakan pertama kali oleh perkumpulan orang-orang Eropa pada tahun 1895 dengan nama Societeit Concordia. Pada tahun 1921, gedung tersebur dibangun menjadi gedung pertemuan modern oleh perancang C.P Wolf Schoemaker dengan gaya Art Deco, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi. Tahun 1940, dilakukan pembenahan agar lebih menarik oleh A.F. Aalbers dengan gaya arsitektur Internasional Style, pada masa pendudukan Jepang, gedung itu berganti nama menjadi Dai Taokaikan dan digunakan sebagai pusat kebudayaan menjelang Konferensi Asia Afrika, gedung itu mengalami perbaikan dan namanya oleh Presiden Indonesia Soekarno menjadi Gedung Merdeka.
Gedung Merdeka, selain menjadi tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika, pernah digunakan juga sebagai : Gedung Konstituante Republik Indonesia (1955 – 1959), kegiatan badan perancang Nasioanal (1959), Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (1960 – 1971), dan Konferensi Islam Afrika Asia (1965).
C. Sejarah Singkat Museum Konferensi Asia Afrika
Museum Konferensi Asia Afrika, berlokasi di Gedung Merdeka tempat konferensi Asia Afrika berlangsung. Museum ini didirikan atas gagasan dan prakarsa Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja S.H. , LL.M.,dan menteri luar negeri RI (1978 – 1988). Kemudian diresmikan oleh presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 24 April 1980 sebagai puncak acara peringatan 25 tahun konferensi Asia Afrika.
Museum Konferensi Asia Afrika memiliki :
1. Ruang Pameran Tetap
Yang memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumentasi peristiwa pertemuan tugu, Konferensi Colombo, Konferensi Bogor, dan Koferensi Asia Afrika tahun 1955.
2. Perpustakaan
Koleksinya terdiri dari buku-buku mengenai sejarah, sosial, politik, dan budaya negara-negara Asia Afrika serta konferensi-konferensi pendahulu dan lanjutnya, serta majalah dan surat kabar.
3. Audiovisual
Menayangkan film-film dokumentasi mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an, konferensi Asia Afrika, serta konferensi-konferensi pendahulu dan lanjutannya.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada kegiatan karya wisata MAN Salatiga yang dilaksanakan pada tanggal 1 Januari – 3 Januari 2009 dengan objek wisata Bandung dan sekitarnya.

B. Metode Pengambilan Data
1. Metode Observasi
Dalam metode observasi penulis melakukan secara langsung objek penelitian. Penulis mengamati dan mencatat data yang diperlukan.
2. Metode Pustaka
Penulis menyusun karya tulis ini dengan cara study literatur ( pustaka ) yaitu menyimpulkan data yang diambil dari buku-buku yang berhubungan dengan pokok isi karya tulis yang penulis susun.
3. Metode Dokumentasi
Terdiri dari foto-foto tokoh yang terlibat dalam Konferensi Asia Afrika dan foto-foto barang-barang bersejarah yang pernah digunakan dalam melaksanakan Konferensi Asia Afrika.
4. Metode Penelitian
Kami meneliti dengan cara mengamati, mencatat data yang diperlukan dan menyimpulkan data-data yang penting.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG KAA

Konferensi asia Afrika yang di selenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 merupakan peristiwa sangat bersejarah dalam politik luer negeri Indonesia dan peristiwa besar bagi bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut hanya terjadi selama 10 tahun setelah bangsa indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.Dalam waktu yang singkat, bangsa Indonesia telah berani mengusulkan dan bersedia menjadi tuan rumah bagi konferensi bertaraf Internasional. Yang paling penting ialah bahwa konferensi itu berakhir dengan sukses besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama antara bangsa- bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini menghasilkan Dasa sila Bandung yang kemudian menjadi prinsip dasar dalam upaya memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesuksesan konferensi ini tidak hanya tampak pada masa itu, tetapi juga dan yang lebih penting terlihat pada masa sesudahnya, karena jiwa dan semangat Konferen Asia Afrika menjadi salah satu faktor penting yang menentukan jalannya sejarah dunia.
Sesungguhnya jiwa dan semangat Konferensi Asia Afrika dapat menjadi pegangan, moda l dasar, dan motifasi, baik bagi aktifitas politik (luar negeri) negara kita, maupun bagi negara- negara Asia Afrika pada umumnya. Konferensi tersebut selain meningkatkan Volume kerja sama antara bangsa- bangsa Asia Afrika sehingga peranan dan pengaruh mereka dalam percaturan Internasional meningkat dan disegani, juga menanamkan kesadaran bagi generasi mendatang bangsa Indonesia dan bangsa- bangsa Asia Afrika untuk lebih berperan dan berprestasi.
Dalam rangka membina dan mencapai tujuan tersebut di atas, adalah penting dan tepat jika Konferensi Asia Afrika beserta peristiwa dan masalah dan pengaruh yang mengitarinya di abadikan dalam sebuah museumdi tempat konferensi itu berlangsung, yaitu di gedung merdeka yang berlokasi di Kota Bandung, Kota yang di pandang sebagai ibu kota dan sumber inspirasi bagi bangsa- bangsa Asia Afrika.
B. Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Pada awal tahun 1954, perdana menteri sailan,Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma(U Nu), India (Jawaharlal Nehru), dan Pakistan ( Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara tersebut. Pada kesempatan itu, Presiden Republik Indonesia, Soekarno menekankan ide diadakannya KAA pada pertemuan Konfrensi kolombo selama hampir 30 tahun telah di dengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dam telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajah.
Sebagai persiapan, maka pemerintahan Indonesia mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh para kepala perwakilan Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma Tugu, Puncak, Bogor, Jawa Barat 9-22 Maret 1954, untuk membahas rumusan yang akan dibawa oleh perdana Menteri Ali Saatroamidjojo pada Konferensi Kolmbo, sebagai dasar usulan Indonesia untuk memperluas gagasan kerja sama regional di tingkat Asia Afrika.
Pada 28 April- 2 Mei 1954 Konferensi Kolombo berlangsung untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Dalam Konferensi tersebut, Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, mengusulkan perlu diadakannya pertemuan lain yang lebih luas antara negara- nagara Afrika dan karena masalah-masalah Krusial yang dibicarakan itu tidak hanya terjadi di negara-negara Asia yang terwakili dalam Konferensi tersebut tetapi juga dialami oleh negara- negara di Afrika dan Asia lainnya.
Usul ini oleh semua peserta Konferensi walaupin masih dalam suasana skeptis. Konferensi memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk menjajaki kemungkinannya dan keputusan ini dimuat di bagian AkhirKomunite Konferensi Kolombo.
C. Gagasan
Sebagai Menteri luar Negeri Republik Indonesia (1978-1988), Prof.Dr.Mochtar Kusuma Atmaja, S.H.LL.M. sering kali bertemu muka dan berdialog dengan para pemimpin negara dan bangsa Asia Afrika. Dalam kesempatan tersebut, beliau sering mendapat pertanyaan dan mereka tentang gedung Merdeka dan Kota Bandung tempat diselenggarakan KAA. Berulang kali pembicaraan tersebut di akhiri oleh pertanyaan keinginan mereka untuk dapat mengunjungi Kota Bandung dan Gedung Putih.
Terilhami oleh kehendak untuk mengabadikan KAA 1955 yang merupakan tonggak terbesar keberasilan politik luar negeri Indonesia, dimana jiwa semangat, dan pengaruhnya menyebar keseluruh Dunia terutama bumi Asia Afrika dan negara- nagara Non Blok, serta terdorong oleh keinginan mengunjungi Kota Bandung, maka lahirlah gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusuma Atmaja, S.H., LL.M. untuk mendirikan museum KAA digedung mereka, Bandung. Gagasan tersebut dilontarkan dalam forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun KAA tahun 1980 yang dihadiri antara oleh Direktur Jendral Kebudayaan Prof. Dr. Hariyati Suebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Gagasan tersebut mendapat sambutan baik terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu aktifitas panitia peringatan 25 tahun KAA adalah mewujudkan gagasan tersebut.
D. Sejarah Berlangsungnya KAA
Berakhirnya Perang Dunia II ( Agustus 1945) tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa. Adanya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, serta masih adanya penjajahan, terutama di belahan Asia dan Afrika, mengakibatkan situasi dunia terus memanas. Selain itu dikembangkannya pembuatan senjata nuklir semakin membuat kekhawatiran akan terjadinya perang dunia lagi. Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu badan perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah dunia, namun pada kenyataannya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Sir John Kotelawala), mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan pertemuan informal di negaranya. Presiden Republik Indonesia menekankan kepada Perdana Mentri Indonesia Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Colombo tersebut. Usul ini diterima oleh semua peserta konferensi, dan untuk mempersiapkannya diadakan Konferensi Bogor (28-29 Desember 1954).
Sebelum tercanangnya KAA, telah diadakan konferensi-konferensi pendahuluan antara lain :


1. Konferensi Pancanegara I ( Konferensi Colombo)
Diselenggarakan di Srilangka, Colombo 28 April – 2 Mei 1954 yang dihadiri oleh 5 negara dan wakilnya antara lain yaitu:`
a. Ali Sastroadmijojo ( Indonesia)
b. Pandit Jawaharlal Nehru (India)
c. Mohammad Ali (Pakistan)
d. U Nu ( Burma)
e. Sir John Kotelawala ( Sri Langka)
Keputusan konferensi Colombo
• Menetapkan akan diselenggarakan KAA.
• Menetapkan penyelenggaraan KAA I di Indonesia.
2. Konferensi Pancanegara II ( Konferensi Bogor)
Bogor, 28 Desember 1954 dihadiri 5 negara pancanegara I
Konferensi menghasilkan keputusan
• Menetapkan KAA dilaksanakan di Bandung 18 - 24 April 1953
• Menetapkan peserta yang diundang 30 negara di Asia Afrika
• Menetapkan rancangan pembicaraan serta merumuskan tujuan KAA.
• Menetapkan seluruh peserta konferensi dimohon mendukung perjuangan Indonesia membebaskan Irian Barat.
E. PELAKSANAAN KAA
 Latar Belakang Penyelenggaraan KAA
a. Adanya pertentangan antara blok barat dan timur yang mengancam kedamaian dan keamanan dunia.
b. Persamaan nasib sebagai bekas jajahan atau negara baru merdeka yang memerlukan kerjasama dalam mengejar ketertinggalan jaman.
c. Bangsa-bangsa Asia Afrika merasa perlu menjalin kerjasama menghadapi masalah pembangunan ekonomi, sosial, pendidikan dan kebudayaan.
d. Adanya politik ras diskriminasi di beberapa negara Afrika.
e. Adanya semangat solidaritas menjiwai negara-negara Asia Afrika.

Bagi Indonesia KAA merupakan salah satu pelaksanaan politik luar negeri. Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : "Indonesia Raya", Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul "Let a New Asia And a New Africa be Born" (Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru). Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan :Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!
Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan adanya usul Perdana Menteri India dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya.
Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya sidang dibuka kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih sebagai sekretaris jenderal konferensi.
Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan pemimpin konferensi adalah sebagai berikut :
1. Ketua Konferensi : Ali Sastroadmijojo (Perdana Mentri RI).
2. Ketua Komite Politik : Ali Sastroadmijojo (Perdana Mentri RI).
3. Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Rooseno ( Menteri Perekonomian RI).
4. Ketua Komite Kebudayaan : Muhammad Yamin (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia).
5. Sekretaris Jendral Konferensi :( Roeslan Abdulgani ( Sekretaris Jendral Kementrian Luar Negeri Indonesia).
Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, pukul 19.00 WIB ( terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, sidang umum terakhir konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam sidang umum itu dibacakan oleh sekretaris jendral konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil konferensi. Sidang umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, ketua konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa konferensi Asia Afrika ditutup.
Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pernyataan yang diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia :
 “Where do we stand now, we the peoples of Asia , in this world of ours to day?” (“Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?”), kemudian pernyataan tersebut dijawab sendiri dengan menyatakan:
 “We have noe indeed at the cross-roads of the historyof mankind. It is therefore that we Prime Minister of five Asian countries are meeting here to discuss those crucial problems whice urge Indonesia to propose that another conference be convened wide3r in scope, between the African and Asian Nations. I am convined that the problems are not only convened to the Asian countries represented here but also are of equal importance to the Afrika and other Asian countries”. (Kita sekarang berada dipersimpangan jalan sejatah umat manusia. Oleh karena itu kita Lima Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu disini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia . Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak terjadi hanya di negara-negara Asia yang terwakili disini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara Afrika dan Asia lainnya”).
Konsensus itu dituangkan dalam komite akhir, yang isinya adalah mengenai :
1. Kerjasama ekonomi
2. Kerjasama kebudayaan
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri
4. Masalah rakyat-rakyat yang belum merdeka
5. Masalah-masalah lain
6. Peningkatan perdamaian dan kerjasama dunia
7. Deklarasi tentang peningkatan perdamaian dan kerjasama dunia
Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung 18 – 24 April 1955, diikuti oleh 29 negara yang terdiri dari 5 negara pengundang, 18 negara asia dan 6 negara afrika.
F. Hasil Konferensi Asia Afrika
Hasil konferensi Asia Afrika yang terkenal adalah Dasasila Bandung, yang kemudian menjadi pedoman bagi bangsa-bangsa Asia Afrika dalam menggalang solidaritas dan kerjasama internasional.
Adapun rumusan Dasa sila Bandung dapat kami tuliskan sebagai berikut:
1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan piagam PBB.
6. (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar manapun
(b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain manapun.
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara manapun.
8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB.
9. Meningkatkan kepentingan dan kerjasama bersama.
10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

 Manfaat Konferensi Asia – Afrika bagi bangsa – bangsa di Asia Afrika
1. Merupakan titik kulminasi dari solidaritas di kalanganya
2. Awal kerjasama baru dan pemberian dukungan yang lebih tegas terhadap perjuangan kemerdekaan
 Manfaat Koferensi Asia – Afrika bagi Bangsa Indonesia
1. Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC. Seorang yang memegang dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu, yaitu menjadi warga negara Indonesia atau RRC. Warga negara yang tidak memiliki dapat mengikuti kewarganegaraan ayahnya.
2. Memperoleh dukungan berupa putusan Konferensi Asia - Afrika mengenai perjuangan merebut Irian Barat.
G. Arti Penting Dan Pengaruh Kaa
 Arti penting dan pengaruh KAA :
1. Merupakan cetusan solidaritas dan kebangkitan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalangkan persatuan.
2. Melahirkan kelompok netral yang menjadi penengah Blok Barat dan Blok Timur yang selalu bersaing, sehinggabtimbil gerakan Non Blok.
3. Memberikan harapan bagi bangsa- bangsa pecinta kedamaian dan kerja sama Internasional.
4. Merupakan pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa- bangsa di dunia pada umumnya dan Asia Afrika khususnya.

 Pengaruh KAA :
1. Ketegangan dunia menjadi berkurang
2. Amerika Serikat dan Australia mulai berusaha menghapuskan diakriminasi ras.
3. Meningkatkan perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika yang belum merdeka.
4. Tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat mendapat dukungan dari negara Asia Afrika.
5. Politik luar negeri bebas aktif Indonesia mulai diikutu oleh negara-negara yang tidak masuk Blok Barat dan Blok Timur.
6. Banyak negara Asia Afrika yang telah merdeka diterima sebagai anggota PBB.
H. Perkembangan Setelah Konferensi Asia Afrika

1. Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Perkembangan pelaksanaan polotik dimasa kabinet Ali Sastroamidjojo adalah tidak hanya melakukan perdekatan diri dengan negara-negara Asia Afrika, melainkan pada negara-negara Blok Sosialis pada bulan Maret 1954.
2. Kabinet Burhanudin Harahap
Kabinet dimasa ini berusaha menjalankan politik bebas aktif dengan melakukan pendekatan-pendekatan ke Blok Barat. Selain dengan Australia dan Amerika Serikat, hubungan baik dibina dengan negara kerajaan inggris, Singapura, Maralaya.
Hasil yang diperoleh dari kerja sama tersebut berupa :
a. Bantuan makanan dari Amerika Serikat seharga $96.700.000 berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 4 Maret 1956.
b. Memperoleh undangan kenegaraan dari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Foster dulles yang sebelumnya datang ke Indonesia pada bulan maret 1956.
c. Sebagai kelanjutan hubungan diplomatik pada masa kebinet Alim Sastroamidjojo, Presiden Soekarno mengunjungi Uni Soviet pada bulan Agustus 1956. dalm kunjungan tersebut telah di tandatangani kerja sama dengan memberi bantuan $ 100,000,000. selain itu, di bulan yang sama Presiden melakukan kunjungan cekoslavia dan yugoslavia, kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke RRC di bulan oktober 1956.
Semangat Dasa Sila Bandung telah mendorong beberapa negara untuk memprakarsai diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non Blok di Beograd (Yugoslavia). Atas undangan Presiden Yusuf Broz Tito (Yugoslavia), Presiden Gamal Abdul Naser (Mesir), dan Presiden Soekarno (Indonesia). KTT Non Blok I diselenggarakan di Beograt pada tanggal 6 September 1961, yang dihadiri 25 negara hingga saat ini telah diselenggarakan 14 KTT Non Blok, yaitu sebagai berikut :
• KTT Non Blok 1 Beograd, Yugoslavia (6 September 1961).
Membicarakan dalam hal meredakan ketegangan dunia, memelihara perdamaian dunia, dan menjadi penengah antara Blok Barat dan Blok Timur.
• KTT Non Blok II Kairo, Mesir ( 23 Maret 1964)
Membicarakan masalah yang berkaitan dengan kerja sama ekonomi.
• KTT Non Blok III Lusaka, Tanzania (September 1970)
Membicarakan tujuan utama gerakan Non Blok, juga menekankan masalah bagaimana negara-negara berkembang dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada negara-negara maju.
• KTT Non Blok IV Al Jazair, ( September 1973)
Disamping membicarakan masalah tentang perdamaian, juga masalah tata ekonomi dunia baru berdasarkan keadilan dan keseimbangan antara negara berkembang dan negara maju.
• KTT Non Blok V Kolombo, Srilangka ( Agustus 1976)
Membicarakan masalah pencegahan persaingan diantara anggota Non Blok dan melanjutkan gerakan Non Blok dan mencegah pertikaian antar anggota.
• KTT Non Blok VI Havana, Kuba (September 1979)
Membicarakan masalah pengaruh blok sosialis masuk kedalam anggota gerakan Non Blok dan mencegah pertikaian antar anggotanya.
• KTT Non Blok VII New Delhi, India ( September 1983)
Membicarakan upaya menyelesaikan persengketaan yang timbul antar negara Non Blok, yaitu perang saudara dan pengaruh kekuatan asing.
• KTT Non Blok VIII Jarace, zimbabwe (September 1086)
Membicarakan masalah-masalah ketertiban dan keamanan serta perdamaian dunia, juga menyangkut masalah hak asasi serta kedaulatan suatu negara.
• KTT Non Blok IX Beograd, Yugoslavia ( September 1989)
Masalah –masalah yang dibahas adalah masalah ekonomi, politik, sosial dan Budaya.
• KTT Non Blok X Jakarta, Indonesia( september 1992)
Pembicaraan berkisar antara lain perang saudara di Yugoslavia dan pengurangan utang negara Non Blok.
• KTT Non Blok XI Kartanegara, Kolumbia ( September 1995)
Pembicaraan berkisar antara lain kerja sama dan utang-utang negara berkembang dan negara maju.
• KTT Non Blok XII Non BlokDirban, Afrika Selatan ( September 2001)
Pembicaraan berkisar pada masalah Demokratisasi.
• KTT Non Blok XIII Puta Jaya, Malasyia ( Febuari 2004)
Pembicaraan berkisar pada invasi Amerika ke Irak dan masalah Timur Tengah.
I. Kilas balik
• 23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
• 25 April–2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
• 28–29 Desember 1954 - Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.
• 18–24 April 1955 - Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini dirasmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan Dasasila Bandung.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pengamatan yang penulis lakukan maupun data yang kami dapatkan, memberikan banyak wawasan dan pengetahuan mengenai konferensi Asia Afrika.Dapat disimpulkan bahwa Konferensi Asia Afrika terlaksan akibat dai berakhirnya perang dunia II yang menimbulkan perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Adapun penyebab penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika antara lain :
• Adanya pertentangan antara Blok Brat dan Blok Timur yang mengancam perdamaian dunia.
• Persamaan nasib sebagai negara bekas jajahan atau negara baru merdeka yang memerlukan kerjasama dalam mengerjakan ketinggalan zaman.
• Bangsa-bangsa Asia Afrika perlu menjalin kerjasama dalam mengejar menghadapi masalah pembangunan ekonomi, sosial, pendidikan, dan kebudayaan.
• Adanya politik ras diskriminasi di beberapa negara Afrika.
• Adanya semangat solidaritas menjiwai negara-negara Asia Afrika.
• Bagi Indonesia, Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif.
Maka dari itu tercetuslah ide untuk diselenggarakannya KAA oleh Ir Soekarno yang akan di sampaikan oleh Ali Sastroamidjojo dalam Konferensi Kolombo dan diterima oleh peserta Konferensi. Di harapkan KAA mempunyai tujuan sebagai berikut :
• Memajukan kerjasama, persahabatan, perhubungan antara bangsa-bangsa Asia Afrika untuk kepentingan bersama.
• Kerjasam dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
• Membicarakan dan memecahkan hal-hal yang khusus seperti kedaulatan, diskriminasi, kolonialisme, dan imperialisme.
• Memperbesar peranan negara Asia Afrika dalam forum Internasional dan ikut serta mengusakan perdamaian dunia.
B. Saran
1. Demi tercapainya tujuan studi wisata yaitu mendapat informasi selengkap-lengkapnya maka sebaiknya waktu kunjungan diperpanjang dan ditunjang dengan pemberian selebaran mengenai museum konferensi Asia Afrika dan sejarahnya sehingga dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan juga kenang-kenangan.
2. Sebaiknya pada saat meniliti dimuseum KAA lebih diperpanjang supaya penelitian lebih maksimal dan tidak terkesan tergesa-gesa.
3. Sebaiknya siswa MAN SALATIGA lebih terfokus pada pencarian data yang akan dijadikan penelitian.
4. Sebaiknya juru bicara museum menjelaskan dengan sejelas-jelasnya.
5. Alangkah baiknya apabila kita melakukan sesuatu dengan hati yang ikhlas dan tulus.
6. Siswa MAN SALATIGA harus senantiasa menjaga almamater atau nama baik sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

• www. Britishgraphology.org
• www. Fisikaasyik!.com
• www. Intisari.com
• www. Yoursignaturespeaks.com
• Winarno. S. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung, Tarsito, 1994, hlm. 210
• W. J. S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PT . Dian Tujuh Belas. Jakarta, 1976, hlm. 1136

No Response to "karya ilmiyah"

Leave A Reply